Mengenal Syaikh Abu Bakar Syatha Penulis Hasyiyah I’anatuth Thalibin, Guru Para Ulama Nusantara
Syekh Abu Bakar Syatha’ adalah seorang ulama besar dimana sanad keilmuan beliau menurun kepada banyak ulama nusantara.
Kitab Hasyiyah I’anatuth Thalibin merupakan catatan pinggir untuk kitab Fathul Mu’in. kitab ini dipelajari di banyak pesantren di Indonesia. Hasyiyah atau catatan pinggir ini ditulis oleh seorang ulama bernama Abu Bakar Syatha. Beliau adalah salah seorang guru dari Syaikh Mahfudh Termas.
Syaikh Mahfudh Termas adalah seorang pakar hadis nusantara yang kiprahnya diakui dunia. Beliau sekaligus juga merupakan guru utama dari KH. Hasyim Asy’ari. Oleh karena itu, Abu Bakar Syatha’ adalah seorang ulama besar dimana sanad keilmuan beliau menurun kepada banyak ulama nusantara.
Nama lengkap beliau adalah Sayyid Abu Bakar Ibn Sayyid Mahmud Al-Husaini Al-Makki, nasab beliau sampai kepada Rasulullah SAW secara lengkap dapat dilihat di kitab Mukhtashar Nasyrun Nuwar Waz Zuhar (143).
Adapun gelaran Syatha’ beliau dapat karena itu merupakan salah satu desa di kota Dimyath tempat kelahiran leluhur beliau. Distrik Syatha’ memang dikenal sebagai tempat tinggal para sayid atau keturunan Rasulullah SAW dari jalur Husain, dan juga sebagai distrik yang menghasilkan banyak ulama pada masanya.
Abu Bakar Syatha atau lebih dikenal dengan panggilan Sayyid Al-Bakri lahir pada tahun 1266 H atau 1849 Masehi, dan wafat pada tahun 1310 Hijriyah atau bertepatan dengan 1892 Masehi. Beliau dilahirkan di Mekkah. Sayyid Bakri sudah menjadi yatim sejak masih sangat belia, ayah beliau meninggal dunia saat beliau baru berusia tiga bulan.
Sayyid Bakri kemudian dirawat dan dididik oleh saudara beliau Sayyid Umar Syatha. Beliau telah dapat menghafal Al-Quran saat beranjak tujuh tahun. Kemudian beliau belajar kepada ulama besar tanah Haram saat itu yaitu Sayyid Zaini Dahlan, hingga beliau menjadi seorang ulama yang alim dan mampu menulis beberapa kitab yang berkualitas.
Selain kitab I’anatuth Thalibin, beberapa kitab beliau yang lainnya adalah Kifayatul Atqiya’, Minhajul Ashfiya’, kedua kitab ini berisi pembahasan tentang tasawuf, kitab Ad-Durarul Bahiyyah fi Ma Yalzimul Mukallaf Min ‘Ulum Asy-Syari’ah yang berisi pokok-pokok syariat dasar yang wajib diketahui seorang mukallaf.
Selain menulis kitab, Sayyid Bakri juga meninggalkan banyak risalah yang berisi berbagai fatwa dan jawaban terhadap berbagai pertanyaan yang pernah diajukan kepada beliau.
Menurut pengakuan salah seorang murid beliau yaitu Syaikh Abdul Hamid Kudus, Sayyid Bakri juga sempat menulis kitab tafsir, namun beliau tidak sempat menyempurnakannya karena lebih dulu meninggal dunia. Kitab tersebut hanya sampai di penjelasan Surah Al-Mu’minun.
Diantara tulisan beliau yang lain yang tidak sempat diselesaikan adalah Hasyiyah terhadap kitab Tuhfatul Muhtaj imam Ibn Hajar Al-Haitami. Tulisan tersebut hanya sampai pada bab jual beli.
Sayyid Bakri memang wafat di usia yang relatif muda yaitu 44 tahun, namun usia beliau mengandung keberkahan yang luar biasa karena menulis banyak kitab serta mencetak banyak ulama besar dari kalangan murid-murid beliau.
Sayyid Bakri meninggal pada hari senin setelah shalat Zhuhur. Jenazah beliau kemudian dishalatkan setelah shalat ashar di dekat ka’bah, lalu dimakamkan di pekuburan Ma’la. Tempat yang sama dimana KH Maemun Zubair dimakamkan beberapa bulan yang lalu.
Sumber :
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=197457758833931&id=100057091247952
0 Komentar