Mbah Wahab chasbullah Menego Malaikat Izrail untuk menunda Kematiannya

Ketika Mbah Wahab Chasbullah Menego Malaikat Izrail Untuk Menunda Kematiannya Menjelang Muktamar NU 25

Mbah Wahab Chasbullah bukan saja sosok kiai yang brilian, cerdas dan unik. Beliau juga dikenal sebagai sosok kiai yang keramat. Salah satu bukti kekeramatan Mbah Wahab Chasbullah adalah bernegosiasi dengan Malaikat Izrail terkait penundaan waktu kematiannya.

Sekadar diketahui bahwa 49 tahun silam, tepatnya 29 Desember 1971, KH Abdul Wahab Chasbullah wafat. Kepergiannya berselang empat hari setelah digelarnya Muktamar NU.  Wafatnya merupakan duka mendalam tidak hanya bagi Nahdliyin atau warga Nahdlatul Ulama, juga bangsa Indonesia.

Yang menarik dari sosok pahlawan nasional tersebut adalah sempat bernegosiasi dengan Malaikat Izrail. Bahwa di ujung usinya yang mencapai 83 tahun, meminta ajalnya ditunda sampai menyelesaikan Laporan  Pertanggungan Jawab atau LPJ sebagai Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU). 

Saat itu kondisi Mbah Wahab sudah sangat lemah. Seakan sudah tinggal menunggu waktu segera menghadap keharibaan ilahi rabbi. Bahkan dalam pengakuan para ulama sepuh yang disampaikan kepada keluarga, Malaikat Izrail telah dekat.

Walau demikian, berkat izin Mbah Wahab yang kala itu masih tercatat sebagai Rais Aam mampu melampui masa kritisnya. Malaikat Izrail urung menunaikan tugas.

KH Bisri Syansuri kala itu datang menjenguk dengan selaksa pengharapan dan doa agar Allah memulihkan sahabat seperjuangan ini.

“Kiai, engkau jangan wafat dulu,” kurang lebih begitu ungkapan Kiai Bisri kepada Mbah Wahab.

“Kiai masih punya utang,” lanjut Kiai Bisri.

Mendengar perkataan Kiai Bisri, sontak Mbah Wahab tersadar dari kondisi kritisnya dan menjawab: “Utang apa?” sergahnya.

“Engkau masih belum LPJ,” jawab Kiai Bisri.

Waktu itu, Muktamar NU di Surabaya kira-kira kurang tiga bulanan lagi. Di forum permusyawatan tertinggi NU tersebut akan dibacakan LPJ para pengurus, baik tanfidziyah maupun syuriyah yang saat itu Mbah Wahab sebagai Rais Aam.

Dari percakapan itu, dan tentu saja ijabah dari Allah SWT, Mbah Wahab  kembali pulih dari kondisi kritisnya. Kembali mengurus NU. Sampai tiba waktu Muktamar NU, tanggal 20 hingga 25 Desember 1971.

Di bulan Desember, Muktamar NU diselenggarakan di Surabaya. LPJ pun telah dipertanggungjawabkan. Utang Mbah Wahab lunas dibayar kontan. Pada muktamar tersebut, Mbah Wahab kembali dipercaya menjabat Rais Aam. Namun demikian, pada hakikatnya telah menuntaskan perjuangannya di NU.

Setelah muktamar selesai, sebelum muktamirin tiba di kediamannya, terdengar kabar Mbah Wahab berpulang ke rahmatullah. Dari itu, Kiai Bisri mengakui bahwa Mbah Wahab adalah seorang wali yang mampu bernegosiasi dengan Malaikat Izrail sekalipun

Hal itu ternyata benar-benar terjadi karena usai Muktamar ke-25 NU tahun 1971, dirinya wafat. Innalillahi wainna ilaihi rajiun.

Mbah Wahab-begitu saat ini dikenal adalah tokoh pendiri Badan Otonom (Banom) NU Gerakkan Pemuda (GP) Ansor. Mbah Wahab merupakan tokoh kunci di NU dan sosok yang satu ini sangat peduli dan mencintai organisasi yang didirikannya bersama Hadaratus Syaikh KH Hasyim 'Asy'ari

Hal senada juga tentang  Mbah Wahab juga di kisahkan oleh  Wakil Bupati Jombang (Putri Ke-3 KH Wahab Chasbullah dengan Ibh Nyai Sa'diyah).

Ketika itu, menjelang Muktamar NU ke-25 di Surabaya pada tahun 1971, Kiai Wahab Chasbullah (saat itu menjabat Rais Aam PBNU) mengalami naza’ setelah sakit keras beberapa lama. Beliau menyuruh Kiai Sholeh Abdul Hamid, keponakan beliau, untuk mengumpulkan santri dan membacakan Yasin.

“Jangan berhenti baca Yasin sampai aku mengucapkan Syahadat”, pesan Mbah Wahab. Semua yang hadir tak kuasa menahan air mata.

Bacaan Yasin laksana dengung kumpulan lebah segera memenuhi ruangan, sampai akhirnya Mbah Wahab memberi tanda. Bacaan terhenti. Ruangan senyap seketika.

“Asyhadu allaa ilaaha illallaah… wa asyhadu anna Muhammadan rasuulullaah…”

Lalu senyap lagi. Tak ada suara. Ketegangan mencekam.

Tiba-tiba Mbah Wahab tersenyum sumringah.

“Nggak jadi!” kata beliau, “aku sudah ngomong-ngomong sama Malaikat Izro’il, nanti saja setelah Muktamar! Kalian semua bubar!”

Beberapa hari setelah Muktamar, Mbah Wahab Chasbullah wafat. Kiai Bisri Syansuri menggantikan posisi Kiai Wahab sebagai Rais Aam PBNU.



Sumber :

https://www.facebook.com/100027095978081/posts/pfbid0PMbxZRRJzQq4TQhigCKZfKLnESY6NwoCwNR96AX4wuPzdzFL8REscqV372Y1nEZ8l/?mibextid=Nif5oz

Posting Komentar

0 Komentar