Oleh: Khariri Makmun
Banyak sekali tulisan-tulisan yang beredar di media utk mengenang kepergian Kiai Hasyim Muzadi. Baik dari santrinya, teman dekat dari kalangan NU maupun luar NU, bahkan lawan politik. Semua mengenang dan memberi catatan baik untuk Kiai Hasyim yang akrab kita panggil abah.
Pembawaanya yang kalem, sejuk, perowi hadis humor dan selalu membimbing sehingga membuat semua orang betah berjam-jam bercengkrama dengan abah. Beliau tidak memberi jarak dengan siapapun, baik pejabat, tokoh, wartawan bahkan OB di PBNU semuanya merasa dekat. Semua merasa dijadikan orang penting dimata abah. Itulah yang membuat semua orang merasa kehilangan.
Bahkan oleh anak-anak muda, terkadang nama abah dijual dalam sebuah proposal. Seolah-olah abah sedang punya hajat acara dan butuh bantuan dari pihak ketiga. Padahal itu hanya trik anak-anak muda untuk mendapat sumbangan dari perusahaan maupun BUMN. Dengan proposal yang mencantumkan nama abah mereka meraup hasil sumbangan cukup fantastis. Inilah pekerjaan anak-anak muda yang membawa-bawa nama Kiai Hasyim demi mendapatkan fulus dari hasil jual proposal.
Ketika ada yang melaporkan bahwa nama abah dibawa-bawa untuk sebuah proposal sumbangan dan menghasilkan banyak uang, beliau tidak marah, bahkan sambil terkekeh beliau bilang "berarti nama abah masih laku". Orang hidup harus memberi manfaat buat orang lain.
Santri abah di pesantren Alhikam Malang sering tertangkap karena melanggar lalu lintas, ketika ditangkap polisi, mereka bilang, saya santri Kiai Hasyim pak, mohon maaf kalau melanggar, karena nama besar pak Hasyim maka santri pun dilepas oleh polisi bahkan diberi sangu. Baru kali ini ada orang melangggar lalu lintas, bukanya polisi meminta uang, tapi malah memberi uang secara sukarela. Lalu pak polisi titip salam untuk abah. Lagi-lagi nama Kiai Hasyim dibuat tameng untuk menutupi kesalahan.
Suatu hari ada seorang santri yang diminta Kiai Hasyim mewakili sebuah pertemuan diluar negeri. Kebetulan paspornya sudah habis masa berlakunya. Karena limit waktu ke luar negeri hanya tinggal beberapa hari, maka agar dia bisa segera mendapat paspor dalam satu hari, dia membuat strategi dengan cara membuat surat kepada kepala imigrasi seolah-olah surat ini dari Kiai Hasyim. Berangkatlah si santri ke kantor imigrasi, ketika sampai di kantor imigrasi dia langsung menuju ke ruang kepala imigrasi dengan percaya diri, dan menyampaikan surat yang dia bikin tapi mengatasnamakan Kiai Hasyim. Setelah berjabat dengan kepala imigrasi dan menyampaikan salam serta surat palsu yang mengatasnamakan Kiai Hasyim, akhirnya dia mendapat servis khusus, paspor sehari langsung jadi dari kantor imigrasi dan tanpa dipungut biaya. Itulah daya magis Kiai Hasyim, hanya disebut namanya orang langsung berbondong-bondong membantunya.
Ketika dia berhasil mendapatkan paspor super kilat dia melaporkan ulahnya ke Kiai Hasyim, uniknya meskipun namanya dibawa-bawa, Kiai Hasyim tidak marah bahkan beliau hanya bilang "nah berarti uang paspor yg ngga terpakai kamu kasih abah dong", sambil beliau terkekeh.
Kepada waratawan beliau sangat akrab dan sayang, setiap dikejar wartawan beliau akan melayani pertanyaan. bukan hanya itu, para kuli tinta selalu mendapat uang berkah ketika meliput atau bersilaturahmi dengan Kiai Hasyim. Beliau selalu mengatakan, kasihanilah para wartawan yang ada dilapangan, seolah beliau bisa merasakan dan menghargai kerja keras profesi wartawan. Kebiasaan Kiai Hasyim adalah selalu menyiapkan transport untuk wartawan. Sehingga dimata wartawan Kiai Hasyim bukan hanya sumber berita tapi juga sumber berkah.
Kita selalu mengingat kelucuan beliau, sehingga usai pemakaman saya ditemui beberapa wartawan yang tampak begitu sedih. Untuk memecah kesedihan mereka saya bercanda, sudah tidak usah sedih, karena saat ini abah sedang jumpa pers dengan para wartawan yang sudah lebih dulu dialam baqa untuk mengupadate kondisi nasional saat ini. Ketawalah mereka dengan lelucon saya.
Ketika menjadi ketua PBNU, beliau berinisiatif membuka Pengurus Cabang Istimewa (PCINU) dibeberapa negara, beliau sangat memperhatikan kader-kader NU yang belajar diluar negeri, karena mereka adalah aset masa depan NU. Biasanya ketika mengunjungi PCI beliau selalu memberi sumbangan ribuan dolar untuk pengurus dan membantu kegiatan PCI, karena kedermawanan ini maka pengurus PCI berlomba-lomba mengundang Kiai Hasyim ke luar negeri. Kehadiran beliau biasanya dimanfaatkan untuk memperkuat jejaring ulama aswaja diberbagai negara, memperkuat pemahaman islam moderat dan meloby penambahan beasiswa untuk pelajar Nahdhiyyin. maka tak heran jika pada era beliau NU menjadi sentra pergerakan ulama dunia dengan mengusung konsep islam rahmatan lil alamin.
Upaya PBNU dimasa Kiai Hasyim membuka cabang luar negeri telah membuahkan hasil yang luar biasa. Hingga terbentuk 20 cabang PCINU tersebar di 20 negara seperti Australia, Malaysia, Jepang, Turki hingga Amerika Serikat.
Kelembutan sikap dan perhatian abah kepada siapapun telah membuat semua orang yang memiliki hubungan dengan abah merasa kehilangan. Abah Kiai Hasyim memang sudah pergi meninggalkan kita.Tapi spiritnya akan selalu menjadi pelajaran berharga buat kita semua. Beliau tetap rendah hati meski sudah menjadi tokoh nasional, bahkan tokoh dunia. Beliau merangkul siapa saja demi tetap tegaknya NKRI, belia bergerak tanpa lelah untuk membentengi aswaja dari gempuran pemikiran transnasional, beliau tak pernah berhenti meminta perlindungan Allah agar NU tetap terjaga dan tidak dijatuhkan martabatnya oleh kader NU sendiri.
Mari kita kirimkan alfatehah untuk beliau.
Khariri Makmun
(Santri Mbeling Abah)
0 Komentar